MAKALAH
PENYAKIT GOITER
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta nikmat yang
telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “penyakit goiter”
Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak penulisan makalah ini tidak akan
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga
terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis
berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin, akan
tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan
pembuatan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis
berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha’Nya sehingga makalah ini
.dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.
Makassar, Mei 2015
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………....
A.
Definisi………………………………………………………………………....
B.
Anatomi Dan fisiologi kelenjar Tiroid…………………………………….....
C. Etiologi…………………………………………………………………………
D. Klasifikasi……………………………………………………………………..
E.
Patofisiologi………………………………………………………………….....
F. Manifestasi Klinis………………………………………………………………
G. Penatalaksanaan……………………………………………………………....
H. Pencegahan……………………………………………………………………
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………..
KESIMPULAN…………………………………………………………………..
SARAN…………………………………………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Goiter berarti terjadinya
pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau
simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya
bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ
disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah salah satu cara
mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan
minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara
menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap
goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara
antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi
kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau
penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik
dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah.
Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh
faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan
neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada
sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi
yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada
juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa pokok permasalahan yang
akan dibahas yakni:
1. Bagaimana definisi dari penyakit goiter?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit goiter ?
4. Bagaimana klasifikasi dari penyakit goiter ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit goiter ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit goiter ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit goiter ?
8. Bagaimana Pencegahan dari penyakit goiter ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam pembahasan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit goiter
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit goiter
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit goiter
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit goiter
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit goiter
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit goiter dan
8. Untuk mengetahui Pencegahan dari penyakit goiter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada
kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap
tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi
kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,
nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi
bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan
bernapas dan disfagia Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal
(eutirodisme), pasien tyroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon
(hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah
depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang
tidak normal.
B. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin
yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid.
Hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) danTriiodothyronine (T3).
Kelenjar tiroid terdiri dari dua
lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan
oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus).
Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan
kapsul yang tipis danpretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar
tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi
tiroid.
Sel tiroid adalah satu-satunya sel
dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui
pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang
kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4
(tiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%.
Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2. T3 dan T4 membantu sel
mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3
bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3
oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga
berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid
releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon).
Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)-
kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang
kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang
tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur
di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah
besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder disatukan oleh
jaringan ikat sel-selnya mengeluarkan sera. Adapun fungsi kelenjar tiroid
adalah:
1.Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2.Mengatur pengguanaan oksidasi
3.Mengatur pengeluaran karbondioksida
4.Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam
jaringan
5.Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
C.
Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat
malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT
pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar
TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik
dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme
1. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun,
terjadi akibat adanya otoanti .bodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal
ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat
umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui,
tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditisHashimoto.Pada
tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi
iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi
iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan
hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam.
darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab
tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan
hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain
adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif
untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker
tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker
tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
D. Klasifikasi Goiter
Secara klinis pemeriksaan klinis
struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas
dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan
nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa
toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu
atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik
(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi
oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah
penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis
yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan
penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama
berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi
darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat
dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan
struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa
non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.
Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid
yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung
yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila
dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini
disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme
dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah
mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat
dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),
biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam
nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang
20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.
Lebih dari 95% penderita
hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika
sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis di sebut hipotiroidisme tersier.
a. Primer
- Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah
tiroiditis, defisiensi yodium
- Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah
pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (penurunan TRH, TSH yang
berubah-ubah, penurunan T4 bebas) atau kegagalan pituitari (penurunan
TSH,penurunan T4 bebas)
E. Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid
adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid.
Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki
cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal
ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH).
Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran
menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.
Kelenjar tiroid dikendalikan
oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang
pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH)
dari hipotalamus. Thyrotropinbekerja pada reseptor TSH terletak
pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxinedan triiodothyronine umpan
balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH
hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid.
Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau
agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok
difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas
metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon
tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH
menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya
untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan
mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan
bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens. Gondok dapat
juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH
termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis,
adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human
chorionic gonadotropin. Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim
dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan
sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor
pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone
tiroid. Bila kadar – kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan
terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi
serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara
menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk
leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas
dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan
bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.
F. Manifestasi klinis
Gejala utama :
1. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk
sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s
apple.
2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena
kompresi batang tenggorokan).
4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara serak.
6. Distensi vena leher.
7. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan fisik (asimetris leher)
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
1.
Tingkat peningkatan denyut nadi
2.
Detak jantung cepat
3.
Diare, mual, muntah
4.
Berkeringat tanpa latihan
5.
Goncangan
6.
Agitasi
G.
Penatalaksanaan
Perawatan akan tergantung pada penyebab gondok.
1. Defisiensi Yodium
Gondok
disebabkan kekurangan yodium dalam makanan maka akan diberikan suplementasi
yodium melalui mulut. Hal ini akan menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi
sering gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto Tiroiditis
Jika
gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka akan diberikan
suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari. Perawatan ini akan
mengembalikan tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok
benar-benar hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang ada
terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang memungkinkan untuk mendapatkan
gondok yang jauh lebih kecil. Namun, pengobatan hormon tiroid biasanya akan
mencegah bertambah besar.
3. Hipertiroidisme
Jika
gondok karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada penyebab
hipertiroidisme. Untuk beberapa penyebab hipertiroidisme, perawatan dapat
menyebabkan hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves dengan
yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi
hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid)
atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat antitiroid
Indikasi
:
Ø Terapi untuk
memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda
dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
Ø Obat untuk mengontrol
tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada
pasien yang mendapat yodium aktif.
Ø Persiapan tiroidektomi
Ø Pengobatan pasien hamil
dan orang lanjut usia
Ø Pasien dengan krisis
tiroid
Obat antitiroid yang sering
digunakan :
Karbimazol
|
30-60
|
5-20
|
Metimazol
|
30-60
|
5-20
|
Propiltourasil
|
300-600
|
5-200
|
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi :
Ø Pasien umur 35 tahun
atau lebih
Ø Hipertiroidisme yang
kambuh
Ø Gagal mencapai remisi
sesudah pemberian obat antitiroid
Ø Adenoma toksik, goiter
multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi
hipertiroidisme.
Indikasi :
Ø Pasien
umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
Ø Pada wanita hamil
(trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
Ø Alergi terhadap obat
antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
Ø Adenoma toksik atau
struma multinodular toksik
Ø Pada penyakit Graves
yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Ø Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok
multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok
ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang
tepat.
H.
Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah
yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma
adalah :
Ø Memberikan edukasi
kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan
pemakaian garam yodium.
Ø Mengkonsumsi makanan
yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
Ø Mengkonsumsi yodium
dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan
memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan.
Ø Iodisai air minum untuk
wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang
lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan
terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam
pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida
dalam sediaan air minum.
Ø Memberikan kapsul minyak
beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang.
Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35
tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat
dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
Ø Memberikan suntikan
yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk
dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun
0,2-0,8 cc.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar
tiroid disebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus serta kekurangan yodium.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua
lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan
oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus).
Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan
kapsul yang tipis danpretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar
tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi
tiroid.
B. Saran
Demikian
makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada saya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Bruner, Suddarth.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Ø Doenges Marilynn E.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Ø Guyton, Hall. 2007.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT GOITER
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan diagnosis status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
Dampak
penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain:
1.
Riwayat kesehatan
klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2.
Kebiasaan hidup
sehari-hari seperti
a) Pola
makan
b) Pola
tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c) Pola
aktivitas.
3.
Tempt tinggal klien
sekarang dan pada waktu balita.
4.
Keluhan utama klien,
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Keluhan
klien :
Ø Sesak nafas,
apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
Ø Sulit menelan
Ø Leher
bartambah besar
Ø Suara serak /
parau
Ø Merasa malu
dengan leher yang besar dan tidak simetris.
5.
Pemeriksaart fisik
mencakup
a) Penampilan
secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan
dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar,
tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b) Nadi
lambat dan suhu tubuh menurun.
c) Perbesaran
jantung
d) Disritmia
dan hipotensi
e) Parastesia
dan reflek tendon menurun
6.
Pengkajian psikososial
klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung
diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri
7.
Pemeriksaan penunjang
mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan
hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang
sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
8. Lakukan
pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan
adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta
gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
Ø Status
pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan
otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung.
Ø Warna kulit
apakah nampak pucat atau cianosis.
Ø Suhu kulit
khususnya daerah akral.
Ø KU /
kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdaya
Ø Berat badan
dan tinggi badan.
Ø Kadar Hb
Ø Kelembaban
kulit dan teksturnya
Ø Porsi makan
yang dihabiskan
Ø Turgor
Ø Jumlah dan
jenis cairan proral yang dikonsumsi
Ø Kondisi
mukosa mulut
Ø Kualitas
suara
Ø Bagaimana
ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang
disekitarnya.
Ø Bagaimana
klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat diagnosa dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah (Carpenito, 2000).
Tujuan
diagnosa keperawatan adalah mendiagnosa adanya masalah aktual yang berdasarkan
kepada respon klien terhadap masalah atau penyakit, sehingga faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab yang menyebabkan adanya masalah, dari diagnosa
inilah kita mampu untuk mencegah/ menghilangkan masalah yang terdapat pada
klien.
- Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
- Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrien
kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan
menelan makanan (disfagia).
- Konstipasi
berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
- Risiko
tinggi gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara
C. Intervensi Keperawatan
Ø Diagnosa
keperawatan 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan:
Perbaikan status respiratorius dan
pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi:
a) Memantau
frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah
arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas
intervensi.
b) Mendorong
pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan
pernapasan yang adekuat.
c) Memberikan
obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan
terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d) Memelihara
saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasijika
diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas art
Ø Diagnos keperawatan 2. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan :
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
Intervensi:
a. Mengatur
interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil
memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b. Membantu
aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien
untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c. Memberikan
stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa
terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Memantautau
respons pasien terhadap peningkatan aktititas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang
Ø Diagnosa keperawatan 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengankompresi/penekanan
esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
Tujuan :
Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu
1-2 minggu
Intervensi:
a. Memberi makan lunak atau cair sesuai kondisi
klien.
Rasional: makanan lunak dapat mengurangi
kontraksi esophafgus dalam mendorong makanan kelambung, sehingga meningkatkan
asupannutrisi.
b. Memantau masukan makanan setiap hari. Dan
timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Rasional: memberikan informasi tentang
keefektifan program terapi yang telah dilakukan.
c. Memberi makanan tambahan diantara jam makan.
Rasional: meningkatkan frekuensi asupan
nutrisi untuk menyediaka nenergi yang cukup bagi pasien.
d. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan
menjelang jam makan.
Rasional: linkungan yang menyenangkan dapat
menciptakan suasana kenyamanan saat makandan meningkatkan asupan nutrisi.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memeberikan
diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin
Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan
zat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasi makanan pengganti yang paling
sesuai.
Meningkatkanaktivitasmetabolikdanmenurunkansimpananglikogen.
Ø Diagnosa
Keperawatan 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan :
Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi:
a.
Mendorong peningkatan
asupan cairan
Rasional :
Meminimalkan kehilangan panas
b.
Memberikan makanan
yang kaya akan serat
Rasional :
Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c.
Mengajarkan kepada
klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk
peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
d.
Memantau fungsi usus
Rasional :
Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e.
Mendorong klien untuk
meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional :
Meningkatkan evakuasi feses
Kolaborasi : untuk
pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
Ø Diagnose Keperawatan 5. Resiko
tinggi
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara
Tujuan :
Klien mampu menciptakan metode komunikasi
dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi:
a. Menkaji fungsi bicara secara periodik,
anjurkan untuk tidak bicara terus menerus.
Rasional: suara serak danparau akibat edema
jaringan ataupembesaran kelenjartiroid (goiter) dapat menyebabkan
terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea.
b. Mempertahankan komunikasi yang sederhana, beri
pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional: menurunkan kebutuhan berespon,
mengurangi bicara.
c. Memberikan metode komunikasi alternatif
yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.
Rasional: memfasilitasi ekspresi yang
dibutuhkan.
d. Mengantisipasi kebutuhan sebaik mungkin,
kunjungi klien secara teratur.
Rasional: menurunkan ansietas dan kebutuhan
pasien untuk berkomunikasi.
e. Beritahu klien untuk terus membatasi bicara
dan jawablah bel panggilan dengan segera.
Rasional: mencegah pasien bicara yang
dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui atau memerlukan
bantuan pertahankan
lingkungan yang tenang.