Sabtu, 08 Februari 2014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGUKUR TEKANAN DARAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGUKUR TEKANAN DARAH

Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg).

PERSIAPAN ALAT :
1.      Sphygmomanometer aneroid / air raksa
2.      Stetoskop
3.      APD
4.      Buku catatan
5.      Alat tulis

TUJUAN
Mengukur tekanan darah Klien
PERSIAPAN PASIEN, PERAWAT DAN LINGKUNGAN :
1.      Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama, jabatan atau peran, dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2.      Pastikan identitas klien
3.      Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut, jelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh klien.
4.      Siapkan peralatan
5.      Cuci tangan sebelum kontak dengan klien baru. Kenakan APD
6.      Yakinkan bahwa klien nyaman dan bahwa anda memiliki ruangan yang cukup bagus dan memiliki pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas tersebut.
7.      Berikan privasi untuk klien, atau posisikan dan tutup klien sesuai kebutuhan.
8.      Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan pasien merasa santai dan nyaman.

PROSEDUR :
1.      Mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada arteri brachialis.
2.      Posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan lengan bagian volar diatas.
3.      Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien
4.      Pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung, dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.
5.      Pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.
6.      Hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung
7.      Raba denyut arteri Brachialis pada fossa kubiti dan arteri Radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan )
8.      Pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar pembacaan hasil pengukuran tepat )
9.      Tutup katup pengontrol pada pompa manset
10.  Pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, palpasi denyut arteri radialis
11.  Pompa manset sampai denyut arteri radialis tak teraba lagi
12.  Kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm hg ( jangan lebih tinggi, sebab akan menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi )
13.  Letakkan kepala stetoskop diatas arteri brachialis
14.  Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2 – 3 mm hg per detik atau 1 skala perdetik
15.  Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis adalah tekanan sistolik
16.  Pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah Denyutan terakhir disebut tekanan diastolik
17.  Lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien.
18.  Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan.
19.  Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik.

SETELAH PROSEDUR :
1.      Ucapkan terima kasih kepada klien
2.      Segera laporkan adanya temuan abnormal
3.      Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya
4.      Buka APD dan cuci tangan
5.      Dokumentasikan hasil prosedur.

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
140-159
90-99
Sub grup : perbatasan
140-149
90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
< 90
Sub grup : perbatasan
140-149
< 90


Tidak ada komentar:

Posting Komentar