Jumat, 13 Juni 2014

RANGE OF MOTION

TUTOR PAK HASANUDIN

RANGE OF MOTION

1.DISKUSIKAN CARA MENCEGAH KONTRAKTUR ?
Pencegahan Kontraktur
Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program pencegahan kontraktur meliputi :
1. Mencegah infeksi
Perawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera perlu diperhatikan. Keterlambatan
penyembuhan luka dan jaringan granulasi yang berlebihan akan menimbulkan kontraktur.
2. Skin graft atau Skin flap
Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini mungkin, bila perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.
3. Fisioterapi
Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi ;
a. Proper positioning (posisi penderita)
b. Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi)
c. Stretching
d. Splinting / bracing
e. Mobilisasi / ambulasi awal
a. Proper positioning
Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita dirawat di tempat tidur. Posisi yang nyaman merupakan posisi kontraktur. Program positioning antikontraktur adalah penting dan dapat mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan mencegah kontraktur.
b. Exercise
Tujuan exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh persendian baik yang terkena luka bakar maupun yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah kontraktur
c. Stretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan lutut bagian belakang. (2,10)
d. Splinting / bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang baik selama penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang mengalami kesakitan dan kebingungan.
e. Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar, ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak, baik sendi kecil maupun sendi besar.
2.JELASKAN MEKANISME TERJADINYA DISUSE ARTOPY ?
Mekanisme terjadinya meliputi :
• Peningkatan normal destruksi eritrosit yang menyebabkan produksi bilirubin meningkat.
• Kemungkinan penurunan pengambilan bilirubin oleh sel-sel hepar karena kadar Y & Z anion protein yang rendah.
• Penurunan kecepatan konyugasi bilirubin di hati.
• Penurunan konversi bilirubin menjadi urobilinogen oleh bakteri dalam usus yang akan menyebabkan reabsorbsi bilirubin yang diekskresi lebih banyak (sirkulasi enterohepatik).

3.MENGAPA PASIEN YANG MENGALAMI BEDREST MEMERLUKAN LATIHAN ROM ?
Pasien yang mengalami bedrest memerlukan latihan ROM untuk :
– Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
– Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
– Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
– Membantu kelancaran sirkulasi
– Meningkatkan pergerakan synovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
– Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
– Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
– Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen

4. DISKUSIKAN MASALAH-MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT IMOBILISASI PASIEN ?
Dampak Immobilisasi Bagi Fisik
Dampak dari immobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi system tubuh, bahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi( buang air besar dan kecil ), vertigo (pusing tujuh keliling), dan perubahan perilaku.

a.Perubahan Metabolisme
Perubahan metabolisme immobiliasasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam.Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.
b. Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Dampak dari immobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c.Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
d.Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Immobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat immobilisasi, kadar heamoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli kejaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
f.Perubahan Kardiovaskuler.
Perubahan system kardiovaskuler akibat immobilisasi antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, reflex neuro vascular akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang tekumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali kejantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.
g.Perubahan Sistem Muskuloskeletal.
1)Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai dampak immobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot  secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan otropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukan tanda lemah ataulesu.
2)Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi abnormal dengan criteria adanya fleksi dan fiskasi yang disebabkan otropi dan memendeknya otot.Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.Osteoporosis terjadi karena reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium kedalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine semakin besar.
h.Perubahan Eliminasi
Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
i.Terjadi  Vertigo
Karena seseorang terlalu lama berbaring, sehingga aliran darah keotak berkurang dan menyebabkan pusing tujuh keliling, serta mempengaruhi nervus vestibularis.
j.Perubahan Sistem Integumen
Perubahan system integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun kejaringan.
k.Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobolitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilitas karenaselama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain.

2  Dampak Imobilisasi Bagi Psikologis
Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat keadaan immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak memahami pendidikan kesehatan yang diberikan maupun sulit menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien mengalami perubahan konsep diri serta memberikan reaksi emosi yang  sering tidak sesuai dengan situasi.

Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak immobilisasi karena selama preses immobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain- lain.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar