TUTOR
PAK HASANUDIN
RANGE
OF MOTION
1.DISKUSIKAN CARA MENCEGAH
KONTRAKTUR ?
Pencegahan
Kontraktur
Pencegahan
kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program pencegahan
kontraktur meliputi :
1. Mencegah
infeksi
Perawatan luka, penilaian jaringan mati
dan tindakan nekrotomi segera perlu diperhatikan. Keterlambatan
penyembuhan luka dan jaringan granulasi
yang berlebihan akan menimbulkan kontraktur.
2. Skin
graft atau Skin flap
Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan
menutup sedini mungkin, bila perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.
3. Fisioterapi
Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan
segera mungkin meliputi ;
a. Proper positioning (posisi
penderita)
b. Exercise (gerakan-gerakan sendi
sesuai dengan fungsi)
c. Stretching
d. Splinting / bracing
e. Mobilisasi / ambulasi awal
a. Proper
positioning
Positioning penderita yang tepat dapat mencegah
terjadinya kontraktur dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu
selama penderita dirawat di tempat tidur. Posisi yang nyaman merupakan
posisi kontraktur. Program positioning antikontraktur adalah penting dan dapat
mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan mencegah kontraktur.
b. Exercise
Tujuan
exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur.
Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh persendian baik yang
terkena luka bakar maupun yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah
kontraktur
c. Stretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit,
sedangkan kontraktur berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih
dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah stretching yang paling
baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan lutut bagian
belakang. (2,10)
d. Splinting /
bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk
mempertahankan posisi yang baik selama penderita tidur atau melawan kontraksi
jaringan terutama penderita yang mengalami kesakitan dan kebingungan.
e. Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang
disebabkan oleh luka bakar, ultrasound adalah pemanasan yang paling baik,
pemberiannya selama 10 menit per lapangan. Ultrasound merupakan modalitas
pilihan untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak, baik sendi kecil maupun
sendi besar.
2.JELASKAN MEKANISME TERJADINYA
DISUSE ARTOPY ?
Mekanisme terjadinya meliputi :
• Peningkatan normal destruksi eritrosit
yang menyebabkan produksi bilirubin meningkat.
• Kemungkinan penurunan pengambilan
bilirubin oleh sel-sel hepar karena kadar Y & Z anion protein yang rendah.
• Penurunan kecepatan konyugasi
bilirubin di hati.
• Penurunan konversi bilirubin menjadi
urobilinogen oleh bakteri dalam usus yang akan menyebabkan reabsorbsi bilirubin
yang diekskresi lebih banyak (sirkulasi enterohepatik).
3.MENGAPA PASIEN YANG MENGALAMI
BEDREST MEMERLUKAN LATIHAN ROM ?
Pasien yang
mengalami bedrest memerlukan latihan ROM untuk :
– Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
– Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
– Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
– Membantu kelancaran sirkulasi
–
Meningkatkan pergerakan synovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
– Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
– Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
– Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen
4. DISKUSIKAN MASALAH-MASALAH
YANG MUNCUL AKIBAT IMOBILISASI PASIEN ?
Dampak Immobilisasi Bagi Fisik
Dampak dari immobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi
system tubuh, bahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
system pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system muskuloskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi( buang air besar dan kecil ), vertigo
(pusing tujuh keliling), dan perubahan perilaku.
a.Perubahan Metabolisme
Perubahan metabolisme immobiliasasi dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko
meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan
ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien
yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam.Beberapa dampak perubahan
metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar
dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
b. Ketidakseimbangan Cairan
Dan Elektrolit
Dampak dari immobilisasi akan mengakibatkan persediaan
protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh.
c.Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada
tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
d.Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Immobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti
perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat immobilisasi, kadar heamoglobin menurun, ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism terganggu.
Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen
dari alveoli kejaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
f.Perubahan Kardiovaskuler.
Perubahan system kardiovaskuler akibat immobilisasi antara lain
dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus.terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan
saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, reflex neuro vascular akan menurun
dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah
sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung
dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan
normal, darah yang tekumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran
vena kembali kejantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya.
Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis yang
merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik
vena.
g.Perubahan Sistem Muskuloskeletal.
1)Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai
dampak immobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot
ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan
otropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih
dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukan tanda lemah ataulesu.
2)Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur
sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi abnormal dengan criteria adanya
fleksi dan fiskasi yang disebabkan otropi dan memendeknya otot.Terjadinya kontraktur
dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.Osteoporosis
terjadi karena reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah
kalsium kedalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine
semakin besar.
h.Perubahan Eliminasi
Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
i.Terjadi Vertigo
Karena seseorang terlalu lama berbaring, sehingga aliran darah
keotak berkurang dan menyebabkan pusing tujuh keliling, serta mempengaruhi nervus
vestibularis.
j.Perubahan Sistem Integumen
Perubahan system integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia
serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun kejaringan.
k.Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobolitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan
siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karenaselama proses imobilitas seseorang akan mengalami
perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain.
2 Dampak Imobilisasi Bagi Psikologis
Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat
keadaan immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien
mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak memahami pendidikan
kesehatan yang diberikan maupun sulit menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya
menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien mengalami perubahan
konsep diri serta memberikan reaksi emosi yang sering tidak sesuai dengan situasi.
Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak immobilisasi
karena selama preses immobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran,
konsep diri, kecemasan, dan lain- lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar